JAKARTA – BASIS |
Oleh : Imam Besar FBR
Salam rempug, tak terasa seminggu sudah kita memasuki Ramadhan, bulan mewah bukan hanya dalam kehidupan manusia, tapi juga bagi Allah sendiri. Allah sangat posesif, sangat memendam rasa memiliki terhadap ibadah puasa hamba-hambanya selama bulan Ramadhan. Ibadah yang lain, seperti shalat, zakat atau haji, untuk (kepentingan) manusia itu sendiri, tapi “Puasa untuk-Ku!”, begitu firman Allah dalam sebuah hadis Qudsi.
Jadi, ketika memasuki bulan Ramadhan, kita-baik sendiri-sendiri atau beramai-ramai-berduyun-duyun melakukan kerja bakti, kerja pengabdian, kerja keprihatinan, membangun ketahanan dan kesabaran untuk dipersembahkan kepada-Nya sebagai pembuktian cinta yang terlapar dan terhaus kepada-Nya.
Setiap rasa geliat lapar di perut kita; setiap kehausan di tenggorokan kita; setiap rasa sakit dari kesabaran yang dilakoni pada siang hari kita, serta setiap hikmah dan kematangan yang lahir dari itikad dan kerempugan kita, langsung direbut dan direngkuh dalam dekapan-Nya. Secara terang-terangan, Allah mengungkapkan rasa bahagianya karena persembahan cinta kita melalui ibadah puasa.
Cinta Allah kepada kita sebagaimana juga dialirkan dalam darah batin kita–begitu romantis dan sangat menyentuh perasaan. Seolah-olah Allah pernah tidak memiliki atau kehilangan kita, sehingga selama Ramadhan ditegaskan bahwa seluruh diri yang berlapar-dahaga ini semata-mata milik-Nya. Padahal puasa merupakan proses dasar penyelamatan manusia atas dirinya sendiri.
Nah, tunggu apalagi? Mari manfaatkan Ramadhan untuk meraih cinta dan romantisme-Nya, sehingga wabah corona lekas diangkat dari kehidupan kita.
REPORTER: Cendro pattimura/Aceng
Kompolnas RI Apresiasi Langkah Cepat Polda NTB dalam Kasus Kekerasan Seksual IWAS
Jakarta, HarianBasis - Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Gufron, menyampaikan apresiasi atas langkah cepat dan responsif yang dilakukan Kepolisian Daerah...